Kamis, 14 Juni 2012

Prasangka baik yuu


Bismillah ..

Diperut mobil listrik dalam perjalanan Depok-Jakarta, siang itu sekitar 13.30 wib. Muncul sekelompok pengamen cilik dengan segala atributnya. Sembari mengucap salam, dentam musik mereka membangunkan sebagian besar penumpang yang sedang asyik tertidur. Lalu mengalirlah lagu-lagu lawas bernada gembira. Serasa membawa nuansa angin segar pada siang yang cukup suntuk, gerah, dan menyebalkan.

"Oo ... Carol .."
"Ayem, So In lop wit yu ..!"

Gitar, botol Galon Aqua kosong, kecrekkan, dan lengkingan suara bocah 9 tahun-nan itu terdengar riang. Dengan bahasa inggris yang belepotan, mereka terlihat begitu percaya diri. Tanpa sadar menarik senyum dan hentakkan kaki sebagian penumpang KRL yang ada.

Seakan-akan tanpa lelah, bocah-bocah itu membawakan 4 sampai 5 lagu. Sampai pada bait terakhir nyaris usai, seorang Mahasiswa yang sejak awal begitu menikmati sajian mereka berteriak, "Lagi-Lagi!!"
Ditimpali teriakan teman-temannya yang berkata
"We want more! We want more! ".

Sedikit gambaran tentang kehidupan dikota Jakarta yang sepertinya tidak pernah tertidur.

***
saudaraku ..
Terkadang hidup ini begitu terasa teramat berat. Jam kerja yang padat, kepenatan yang menumpuk, amanah yang nggak selesai-selesai, dan berbagai problematika kehidupan yang lain. Seolah hidup ini terasa begitu tertekan.

Tapi lihatlah wajah anak-anak pengamen tadi, mereka begitu gembira, dan mereka tetap terus menghibur meskipun berbagai problematika hinggap dalam benaknya.

Mereka bernyanyi, dan itu mereka lakukan demi beberapa uang recehan untuk mempertahankan hidupnya. Mungkin untuk makan, mungkin untuk bayar sekolah, atau mungkin untuk setoran kepada 'atasan'nya. Dan semuanya harus mereka lakukan tanpa keluhan, apalagi duka.

Nah sekarang marilah kita tengok diri kita ..
Kita yang mungkin telah bekerja dengan sangat nyaman diruangan ber-AC, dan paling tidak sudah berpenghasilan tetap setiap bulannya, serta masih banyak kelebihan-kelebihan lainnya yang sudah kita dapatkan.
.. Terkadang masih juga mengeluh dan meratap.
"Gaji kecil apanya yang cukup!"

atau,
"Makanan itu-itu aja gimana mau gemuk!"

atau,

"SDM sedikit gimana mau berda'wah"

dan berjuta keluhan lainnya yang secara tidak sadar keluar mengalir dari mulut kita.

Padahal ..
Kalau Saudaraku mau membandingkan kehidupan kita dengan pengamen-pengamen cilik tadi, kita ini jauh lebih beruntung.

Lembaran-lembaran Rupiah atau bahkan dollar yang kita terima setiap bulannya, anak istri yang juga ikut menemani, Objek da'wah yang siap mengalirkan pahala kepada kita, dan berjuta kenikmatan lainnya yang mungkin justru kita anggap beban.

Pada risalah kali ini bukanlah Syukur yang mau kita renungkan. Tapi dalam risalah ini, saya ingin menekankan bahwa imajinasi kita-lah penentu segala hal yang kita terima.

Mungkin ..
Ketika gaji lebih kecil dari yang kita terima, kita bisa mempersepsikannya sebagai rezeki dari Allah yang memang seharusnya kita terima.

Atau ketika banyaknya amanah yang dibebankan kepada kita, kita persepsikan sebagai kesempatan besar untuk meraih berjuta pahala.

Atau ketika orang lain menolak da'wah yang kita buat, kita persepsikan sebagai tarbiyah dari Allah Subhanahu wa ta'ala untuk meraih pahala yang tentunya lebih besar.

Mungkin saat kita selalu mengikuti cara hidup Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam yang selalu berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, kita tidak akan pernah mengenal apa itu keluhan ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar