Kamis, 14 Juni 2012

HP VS Kambing


Story By
-Tutik-

Kututup hidung ketika melewati kerumunan kambing. Baunya yang menyengat ternyata tidak mengganggu penjualnya. Dalam hati sempat juga ngedumel sich "Nih orang mau jualan kambing gak melihat-lihat tempat apa? Masak jual hewan
yg bau itu di dekat kios-kios elektronik. Kenapa nggak sekalian aja jualan di dalam mall?" gerutuku dalam hati. Orang yang lalu lalang, ada yang cuek, ada yang menutup hidung, ada juga yang justeru menghampiri hewan bau itu.

Kupercepat langkah kakiku melewati tempat tersebut, mataku menatap lurus ke depan, tepat ke sebuah kios penjual HP. Memang kios itulah yang menjadi tujuanku ke tempat ini. Kuraba saku celana, masih tersimpan HP type lama yang sudah 5 tahun aku gunakan. Sebenarnya HP tersebut tidak bermasalah, masih layak untuk di gunakan, baik bertelepon maupun ber-SMS. Tetapi untuk saat ini, HP tersebut sangatlah "tidak layak" digunakan di tempat umum.

Sering saat aku berangkat atau pulang kantor menggunakan KRL menyaksikan penumpang yang menggunakan HP terkini, canggih, suara polyphonic, ada radio, MP3 bahkan kamera foto & video.Suaranya merdu sekali saat ada telepon masuk, bisa lagu klasik ataupun lagu pop yang sedang top dari penyanyi papan atas. Sering aku ikut melantunkan alam hati lagu yang kebetulan aku tahu dan seakan ingin agar pemiliknya tidak segera mengangkat telepon tersebut agar aku bisa lebih lama mendengarkan lagu yang sedang di gandrungi banyak orang itu.

Memang luar biasa perkembangan teknologi saat ini, satu alat bisa mewakili Berbagai macam fungsi alat-alat lainnya. Tidak perlu membawa walkman untuk
mendengarkan lagu, tidak perlu bawa kamera untuk berfoto. Cukup bawa satu
buah HP, semua itu sudah bisa terwakili. Bahkan saat ini ada semacam fasilitas untuk berbicara sekaligus melihat lawan bicara di seberang, kalau tidak salah 3G (mohon maaf kalau istilahnya salah, maklum belum pernah pakai)

Kadang cukup kaget juga sich saat tahu siapa saja pemilik alat-alat canggih tersebut. Dari pegawai kantoran macam aku, pengusaha, pegawai negeri, pegawai toko & mall bahkan pedagang bakso sekalipun. Sekali waktu sempat kulihat,Pegawai toko VCD di Glodok saling bertukar lagu lewat fasilitas bluetooth. HP yang ada di saku celanaku, jangankan kamera, fasilitas bluetooth pun tak ada, lelucon yang sering di lontarkan kawan-kawan adalah "Mau dikirimin lagu bagus nggak? Pakai bluetooth aja, kan HP kamu emang rada "b u t u t" pasti bisa dech........"
Dan seperti biasa aku cuma bisa nyengir sambil ikut tertawa.

Sekarang semua itu akan berubah, dengan susah payah aku kumpulkan sebagian gajiku untuk menggantikan rasa "malu" dengan "kebanggaan" bertelepon di tempat umum. Tidak sia-sia pengorbananku selama setahun ini, dengan terkumpulnya dana 3 juta untuk mengganti HP lama dengan HP baru, yang saya pikir dengan dana  tersebut cukuplah membeli HP canggih.

Belum sampai di depan kios HP yang kutuju, sempat terdengar pertanyaan dari
orang yang menghampiri pedagang kambing tadi.
"Bang, kambing yang itu harganya berapa bang ?"
Si pedagang menjawab " Satu juta pak"
"Kok mahal amat sih bang?"
"Itu yang terbesar pak, sehat lagi. Sangat pantas untuk Qurban !"
"Wah kalau segitu sih, mana sanggup saya beli? Berapa sih hasil dari ngasong
bang!"
("ooo ternyata orang itu adalah pedagang asongan" ujarku dalam hati)
"Kalau yang coklat itu berapa bang? Itu yang rada kecilan"
"Itu 750 ribu pak, harga pas, nggak ngambil untung besar lho pak."
"Saya cuma ada 650 ribu bang, boleh ya.........?"
"Wah pak , kalau segitu sih belum dapat, ongkos angkut ke sininya saja sudah
mahal, bagaimana kalau yang putih itu saja" kata si pedagang sambil menunjuk
kambing yang lebih kecil
"Yah sudahlah, dari pada besok belum tentu terbeli" katanya pasrah "ini juga
dari hasil nabung 3 tahun yang lalu, bang".

Seketika aku terkesiap, tiba-tiba rasa malu muncul dan mengalir deras dalam
hati-ku rasa malu ini bahkan melebihi rasa malu saat kawan-kawan mencemooh
HP butut-ku. Kuhentikan langkah kaki ini, tiba-tiba sekali aku jadi tertarik
mendekati hewan yang bau itu.


Bayangan HP baru perlahan-lahan hilang, berganti dengan bayangan gema Takbir
saat kambing, domba dan sapi di sembelih dengan menyebut asma Allah.

"Terima kasih ya Allah, Kau telah memberikan rasa malu pada hati manusia".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar