Kamis, 17 November 2011

Love is Memories

   Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

" Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy! "


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus. 



SUMBER : INDOGOO FORUM

Jumat, 11 November 2011

Kamis, 03 November 2011

(renungan) berapa lama kita dikubur??

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.

Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya.

Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915:20- 01-1965"

"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk Neneknya...


"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.

"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah..." Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... "

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910"

"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah", jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. "Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"

Ayahnya tersenyum, "Lalu?"

"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur .... Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata...

Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?

Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un .... Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi?

Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya.

Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan... Dan apa yang akan datang di depannya...

"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."


Sebarkan e-mail ini ke saudara-saudara Kita, mudah-mudahan bermanfaat..


Dikutip Dari: http://jumatmalam.multiply.com/journal/item/204/Kisah_si_Yani_kecil_bersama_ayahnya_renungan

Menjual Keperawanan...

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang
> petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan
> pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah
> langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang
> agak di pojok.
>
> Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus
> dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya
> tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak
> ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah
> seseorang yang sedang ditunggunya. Petugas satpam itu mulai berpikir
> bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di
> hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang
> anak-anak. Sekitar usia remaja yang t engah beranjak dewasa.
>
> Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati
> meja wanita itu dan bertanya:
> '' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? "
> '' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat
> lain.
> '' Lantas untuk apa anda duduk di sini?"
> '' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang
> petugas satpam..
> '' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang
> yang ingin menikmati layanan kami.''
> '' Maksud, bapak? "
> '' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''
> '' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang,
> izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual '' Kata
> wanita itu dengan suara lambat.
> '' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? '' Petugas satpam itu
> memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual.
> Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.
> '' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk
> berjualan. Mohon mengerti. ''
> '' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil
> menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
> Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan. ''
> Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan
> tangannya.
> Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil
> senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah
> mengikuti petugas satpam itu.
> Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di
> sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi
> pengunjung
> yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini.
> Di tempat inilah deal berlangsung.
> '' Apakah anda serius? ''
> '' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.
> '' Berapa tarif yang anda minta? ''
> '' Setinggi-tingginya. .' '
> '' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
> '' Saya masih perawan ''
> '' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi
> wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari
> ini, pikirnya
> '' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''
> '' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan
> mana bukan.. Ya kan ..''
> '' Kalau tidak terbukti? "
> '' Tidak usah bayar ...''
> '' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke
> kiri dan ke kanan.
> '' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli
> keperawanan anda. ''
> '' Cobalah. ''
> '' Berapa tarif yang diminta? ''
> '' Setinggi-tingginya. ''
> '' Berapa? ''
> '' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''
> '' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar
> ya.''
>
> Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu. Tak berapa lama
> kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
> '' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?
> ''
> '' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
> '' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba
> meyakinkan.
> '' Saya ingin yang lebih tinggi...''
> '' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu. Tak berapa
> lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
> '' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana?
> ''
> '' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
> '' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila
> anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau
> andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan
> mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan
> menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya
> anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda
> juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan
> komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan.. Kita sama-sama butuh
> ... ''
> '' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli
> dengan celoteh petugas satpam itu.
> Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
> '' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut
> saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit.
> Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. '' Kata
> petugas satpam itu dengan agak kesal.
> Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap
> mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift.
>
> Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak
> berumur tersenyum menatap mereka berdua.
> '' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas
> satpam itu dengan sopan.
> Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita
> itu ..
> '' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.
> '' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.
> '' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu
> kepada sang petugas satpam.
> '' Rp.. 6 juta, tuan ''
> '' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ''
> Wanita itu terdiam.
> Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban
> bagus dari wanita itu.
> '' Bagaimana? '' tanya pria itu.
> ''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.
> Petugas satpam itu tersenyum kecut.
> '' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil
> menutup pintu kamar dengan keras.
> '' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin
> menjual? ''
> '' Tentu! ''
> '' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''
> '' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''
>
> Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun
> tak ingin kesempatan ini hilang.
> Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
> '' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba
> mencari penawar yang lainnya. ''
> Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria
> yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita
> melaluinya.
> Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu
> jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat
> telepon genggamnya.
> '' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah
> itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara. Wajah pria itu
> nampak masam seketika
> '' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu
> lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''
>
> Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan
> wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan
> di wajah pria itu. Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria
> itu:
> '' Pak, apakah anda butuh wanita ... ??? ''
> Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan
> wajahnya.
> '' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah
> wanita tadi.
> Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.
> "Dia masih perawan...''
> Pria itu mendekati petugas satpam itu.
> Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. '' Benarkah itu? ''
> '' Benar, pak. ''
> '' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''
> '' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi
> tingginya.''
> '' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.
> Pria itu menyalami hangat wanita itu.
> '' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang
> seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
> '' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan
> uang kepada petugas satpam itu.
> Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
> Di dalam kamar ...
> '' Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''
> '' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''
> '' Maksud kamu? ''
> '' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk
> kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... ''
> '' Hanya itu ...''
> '' Ya ...! ''
>
> Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk
> menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula
> menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung
> gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini
> sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai.
> Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan
> untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan
> gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada
> kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan
> selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara
> terhormat.
> '' Siapa nama kamu? ''
> '' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... ''
> Kata wanita itu
> '' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang
> pantas ditawar. ''
> ''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''
> '' Ada ! " Kata pria itu seketika.
> '' Sebutkan! ''
> '' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.
> Terimalah uang ini.
> Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan
> sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari
> dalam tas kerjanya.
> '' Saya tidak mengerti ...''
> '' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati
> semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu
> memeras.. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi
> hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang
> gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan
> yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''
> '' Dan, apakah bapak ikhlas...? ''
> '' Apakah uang itu kurang? ''
> '' Lebih dari cukup, pak ... ''
> '' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''
> '' Silahkan ...''
> '' Mengapa kamu begitu beraninya ... ''
> '' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ...
> Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa
> ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil
> keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena
> dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya
> hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan .... ''
> '' Keyakinan apa? ''
> '' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah
> yang akan menjaga kehormatan kita ... '' Wanita itu kemudian melangkah
> keluar kamar.
> Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:
> '' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... ''
> '' Kesadaran... '' . . ..
> Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring
> sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
> '' Kamu sudah pulang, nak ''
> '' Ya, bu ... ''
> '' Kemana saja kamu, nak ... ???''
> '' Menjual sesuatu, bu ... ''
> '' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi
> wanita muda itu hanya tersenyum ...
> Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah
> kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi
> yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah
> keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa
> pamrih, tanpa perhitungan ...
> '' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''
>
> Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah
> membeli yang saya jual... ''.
> Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan
> rumahnya.
> Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada
> supir taksi: '' Antar kami kerumah sakit ...''

Diambil dari millist

Sebuah Renungan Untuk Kita

ADA KALA TIADA...

Kalimat tersebut diatas begitu melekat dan mengikat kuat didalam diri saya, gak tau knapa, hanya saja kalimat tersebut dapat menjadi "cakram" terhadap kesombongan dan keangkuhan saya.

Terima kasih mas Ahmad ada ceritanya, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari true story tsb.

Kadang kita merasakan arti kehadiran seseorang ketika orang tersebut sudah tidak disamping kita. Hfff,... mungkin itulah makna hidup kita sebagai manusia yang tidak bisa terlepas sebagai mahluk sosial yang dituntut untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan banyak orang.

Apakah...
Kita harus merasakan sakit terlebih dahulu untuk bisa merasakan nikmatnya hidup sehat?
Kita harus terpuruk lebih dahuku untuk bisa bangkit dan berdiri?
Kita harus berpisah dahulu untuk bisa merasakan arti kehadiran seseorang?

Kadang sifat ego kita mengalahkan sikap rasional kita, sesungguhnya gak ada manusia yg bisa bertahan hidup apabila mengandalkan ego semata, You'll never walk alone (kalo boleh mengutip marsnya Anfield gank)

Gak kebayang rasanya apabila kita mesti menguras air mata utk bisa membujuknya kembali, padahal ketika beliau ada kita malah 'menelantarkannya'

Yupp, saatnya kita meluruskan niat, hati dan pandangan kita bahwa semua orang yang ada disekeliling kita (bahkan bukan hanya mahluk yang berjenis 'orang') bahwa mereka lah yang menjadikan kita seoperti saat ini, mereka lah yang mendukung & mendo'akan kita tanpa perlu diminta serta melalui perjuangan dan pengorbanan mereka pula lah kita bisa berinteraksi & berkomunikasi melalui milis ini. Ya, karena mereka (dan tentunya Anda juga) semuanya hingga Allah SWT menunjukan Kasih Sayang-Nya agar kita bisa berjalan beriringan langkah menuju arah yg lebih baik.

Mestinya, kita sudah mulai berani jujur dalam menyikapi hidup bahwa senyum mereka, tulus mereka serta pengorbanan mereka yang bisa mengantarkan kita untuk menjadi manusia yang seutuhnya, yaa... mereka semuanya sbg mahluk Allah SWT yg diciptakan untuk menyertai dan membimbing kita dalam perjalanan hidup di dunia ini, semoga kelak di akhirat nanti kita dalam berkumpul kembali di surga-Nya, Amien...


Cerita Ini Sedih Banget (hiiks...)
Saya teruskan ke Anda, sekadar berbagi 'kisah sejati'.

25 tahun yang lalu,
Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus
tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali
hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan
tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku
masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi.
Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami
sederhana, ingin hidup bahagia.

22 tahun yang lalu,

Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya,
keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan.
Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna,
maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah,
mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan
aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua
Kania tak mau menerima kami. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku
tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan
berubah.



19 tahun yang lalu,

Kamila ku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari, melompat-lompat
atau meloncat dari meja ke kursi lalu dari kursi ke lantai kemudian berteriak
"Horeee, Iya bisa terbang". Begitulah dia memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang
senyumnya selalu merekah seperti mawar di pot halaman rumah. Dan Kania tak jarang
berteriak,"Iya sayaaang," jika sudah terdengar suara "Prang". Itu artinya, ada yang
pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca.
Terakhir cermin rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat dari tempat tidur ke
lantai, boneka kayu yang dipegangnya terpental. Dan dia cuma bilang "Kenapa semua
kaca di rumah ini selalu pecah, Ma?"

18 tahun yang lalu,

Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari pekerjaanku agar
bisa membeli hadiah dulu. Kemarin lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak
membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi ja di pemain bola seperti
yang sering diucapkannya.
"Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemain bola!" tapi aku tidak suka dia
menangis terus minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola.
Paling tidak aku bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang sudah
kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola itu.
"Horee, Iya jadi pemain bola."

17 Tahun yang lalu

Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di rumah aja.
Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana
Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku tahu,
hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari sekolah. Kulihat anakku
sedang asyik menendang bola sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin
ketengah jalan.
Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku mengalahkan kehati-hatianku dan
"Iyaaaa". Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya
berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua kakiku sudah diamputasi. Ya
Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang yang kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki,
bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke
rumah konsumen. Kulihat Kania menangis sedih, bibir cuma berkata "Coba kalau kamu
tak belikan ia bola!"

15 tahun yang lalu,



Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang pesangon habis untuk ke rumah
sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur.
Kania mulai banyak mengeluh dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa
membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat marah.
Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa waktu
Kania ia hendak mencari ke luar negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar
untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan dia a kan tetap
pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi ke Malaysia .

13 tahun yang lalu,

Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku sedikit membaik tapi itu hanya
setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang untuk
Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya. Dengan
segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja
serabutan, mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku
miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia
ingin menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan.
Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.

10 tahun yang lalu,

Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku. Dan Kamila hanya sanggup
berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan
hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya. "Biar cantik kalo kere ya
kelaut aje." Mungkin itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabar
dia tidak marah walau tak urung menangis juga. "Sabar ya, Nak!" hiburku. "Pak, Iya
pake jilbab aja ya, biar tidak diganggu!" pintanya padaku. Dan aku menangis.
Anakku maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam hatiku.
Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku,
ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak pernah
menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.

7 tahun yang lalu,

Aku merenung seharian. Ingatanku tentang Kania, istriku, kembali menemui pikiranku.
Sudah bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku
sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan itu pula yang mem buat aku
takut. Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke Malaysia . Sulit baginya
mencari pekerjaan di sini yang cuma lulusan SMP. Haruskah aku melepasnya karena
alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku habis dan dia ingin agar aku
beristirahat. Dia berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal.
Setelah itu dia akan pulang,
menemaniku kembali dan membuka usaha kecil-kecilan. Seperti waktu lalu, kali ini
pun aku tak kuasa untuk menghalanginya. Aku hanya berdoa agar Kamilaku baik-baik
saja.

4 tahun lalu,

Kamila tak pernah telat mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di sana . Dia
bekerja sebagai seorang pelayan di rumah seorang nyonya.
Tapi Kamila tidak suka dengan laki-laki yang disebutnya datuk.
Matanya tak pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan
nyonya itu adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang.
Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu. Lebaran tahun ini dia akan berhenti
bekerja. Itu yang kubaca dari suratnya. Aku senang mengetahui itu dan selalu
menunggu hingga masa itu tiba.
Kamila bilang, aku jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan
untuk salat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap
bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat hingga beduk manghrib
berbunyi. Kini anakku lebih pandai menasihati daripada aku. Dan aku bangga.

3 tahun 6 bulan yang lalu,

Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia , kabarnya
anakku ditahan. Dan dia diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami
majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini.
Aku menangis, aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin membunuh.
Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia untuk
menyelamatkan anakku dari maut. Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku
selesai. Tenaga tuaku terkuras dan airmataku habis. Aku hanya bisa memohon agar
anakku tidak dihukum mati andai dia memang bersalah.

2 tahun 6 bulan yang lalu,

Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah. Dan dia
harus menjalani hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa
apa-apa selain menangis sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi
apakah nasibnya tak akan seburuk ini? Andai aku tak belikan ia bola
apakah keadaanku pasti lebih baik? Aku kini benar-benar sendiri.
wahai Allah kuatkan aku. Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia .
Anakku ingin aku ada di sisinya di saat terakhirnya. Lihatlah, dia
kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak. Ingin rasanya aku berlari tapi apa
daya kakiku tak ada. Aku masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur ke
arahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku.
"Bapak, Iya Takut!" aku memeluknya lebih erat lagi. Andai bisa
ditukar, aku ingin menggantikannya. "Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?"
"Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya tidak mau. Iya
dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan dia jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati.
Iya tidak salah kan , Pak!" Aku perih mendengar itu. Aku iba dengan nasib anakku.
Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu
menuntut agar anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat.
Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia tidak
mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada
wanita itu.

2 tahun yang lalu,

Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir melihatnya. Aku
mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di belakangku. Tapi aku tak
ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana . Petugas itu
membuka papan yang diinjak anakku. Dan 'blass" Kamilaku kini tergantung. Aku tak
bisa lagi menangis.
Setelah yakin sudah mati, jenazah anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah
kaki menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis. Aku
mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat garis
wajah yang kukenal. "Kania?"
"Mas Har, kau . !"
"Kau ... kau bunuh anakmu sendiri, Kania!"
"Iya? Dia..dia . Iya?" serunya getir menunjuk jenazah anakku.
"Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola jika sudah besar."
"Tidak ... tidaaak ... " Kania berlari ke arah jenazah anakku. Diguncang tubuh kaku
itu sambil menjerit histeris. Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan
secarik kertas yang tergenggam di tangannya waktu dia diturunkan dari tiang
gantungan. Bunyinya "Terima kasih Mama."
Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila sudah tahu wanita itu ibunya.

Setahun lalu,

Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih istriku. Yang aku tahu, aku
belum pernah menceraikannya. Terakhir kudengar kabarnya dia mati bunuh diri. Dia
ingin dikuburkan di samping kuburan anakku, Kamila. Kata pembantu yang mengantarkan
jenazahnya padaku, dia sering berteriak, "Iya sayaaang, apalagi yang pecah, Nak."
Kamu tahu Kania, kali ini yang pecah adalah hatiku. Mungkin orang tua kita memang
benar, tak seharusnya kita menikah. Agar tak ada kesengsaraan untuk Kamila anak
kita.
Benarkah begitu Iya sayang?

Kiriman dari seorang teman.

KEMATIAN

Sudah Bersediakah Anda Ketika Dipanggil Pulang Oleh
Allah SWT?!!!

Bersihkanlah dirimu sebelum kamu dimandikan!
Berwudhu'lah kamu sebelum kamu diwudhu'kan!
Bersolatlah kamu sebelum kamu disolatkan!
Tutuplah rambutmu sebelum rambutmu ditutupkan!
Dengan kain kafan yang serba putih!
Pada waktu itu tidak guna lagi bersedih....
Walaupun orang yang hadir itu merintih....

Selepas itu kamu akan diletak di atas lantai....
Lalu dilaksanakanlah solat Jenazah
Dengan empat kali takbir dan satu salam
Berserta Fatihah, Selawat dan doa....
Sebagai memenuhi tuntutan Fardhu Kifayah

Tapi apakah empat kali takbir itu dapat menebus....
Segala dosa meninggalkan solat sepanjang hidup?
Apakah solat Jenazah yang tanpa rukuk dan sujud....
Dapat membayar hutang rukuk dan sujudmu yang telah
luput?

Sungguh tertipulah dirimu jika beranggapan
demikian....
Justeru ku menyeru sekelian Muslimin dan Muslimat....
Usunglah dirimu ke tikar Solat....
Sebelum kamu diusung ke liang lahad....
Menjadi makanan cacing dan mamahan ulat!

Iringilah dirimu ke masjid....
Sebelum kamu diiringi ke Pusara!
Tangisilah dosa-dosamu di dunia....
Kerana tangisan tidak berguna lagi di alam baqa'!

Sucikanlah dirimu sebelum kamu disucikan!
Sedarlah kamu sebelum kamu disedarkan.. ..
Dengan panggilan 'Izrail yang menakutkan!
Berimanlah kamu sebelum kamu ditalkinkan!
Kerana ianya berguna untuk yang tinggal....
Bukan yang pergi!

Beristighfarlah kamu sebelum kamu diistighfarkan!
Namun ketika itu istighfar tidak menyelamatkan!

Ingatlah di mana saja kamu berada....
Kamu tetap memijak bumi Tuhan!
Dan dibumbungi dengan langit Tuhan!
Serta menikmati rezeki Tuhan!
Justeru bila Dia menyeru,....
Sambutlah seruan-Nya Sebelum Dia....
memanggilmu buat kali yang terakhirnya!
Ingatlah kamu dahulu hanya....
setitis air yang tidak bererti!

Lalu menjadi segumpal darah!
Lalu menjadi seketul daging!
Lalu daging itu membaluti tulang!
Lalu jadilah kamu insan yang mempunyai erti....

Ingatlah asal usulmu yang tidak bernilai itu....
Yang kalau jatuh ke tanah Ayam tak patuk itik tak
sudu!
Tapi Allah mengangkatmu ke suatu mercu....
Yang lebih agung dari malaikat!

Lahirmu bukan untuk dunia....
Tapi gunakanlah ia buat melayar bahtera akhirat!

Sambutlah seruan 'Hayya 'alas Solaah'....
Dengan penuh rela dan bersedia!
Sambutlah seruan 'Hayya 'alal Falaah'....
Jalan kemenangan akhirat dan dunia!

Ingatlah yang kekal ialah amal....
Menjadi bekal sepanjang jalan!
Menjadi teman di perjalanan.. ..
Guna kembali ke pangkuan Tuhan!

Pada hari itu tiada berguna....
Harta, tahta dan putera....
Isteri, kad kredit dan kereta....
Kondominium, saham dan niaga....
Kalau dahi tak mencecah sejadah di dunia!!!

" Saling berpesan-pesan untuk kearah kebaikkan"

Tanda-Tanda Di Lamun Cinta

Apakah perasaan anda bila mengetahui cinta anda terbalas?? Terlebih-lebih lagi yang membalas cinta anda adalah Raja kepada sekalian raja di alam ini, Penguasa kepada kerajaan langit dan bumi dan Kekasih yg abadi dan tidak pernah berbohong dalam cintaNya!!! Pastinya cintaNya kepada kekasihNya lebih anggun daripada cintanya Uda dan Dara, Romeo dan Juliet, Beckham dan Victoria dll. Bagaimana nak tahu anda sedang dicintaiNya?.......

1. Suka untuk bertemu yang dikasihi secara terbuka dan terang-terangan di darul salam(Jannah/Syurga). Tidak tergambar oleh kita bagaimana hati mengasihi seseorang melainkan suka untuk melihat dan berjumpa dengan yang dikasihi. Apabila diketahui bahawa untuk bertemu itu tidak mungkin tercapai melainkan dengan meninggalkan dunia dan mati, maka sepatutnya ia suka untuk mati yang pastinya sudah tidak boleh dielakkannya itu. Seorang pengasih tidak merasa penat untuk bermusafir dari tanahairnya menuju kediaman kekasihnya agar dapat menatapi wajah kekasihnya. Mati itu adalah kunci pertemuan dan pintu masuk kepada penyaksian. Rasulullah s.a.w bersabda: ertinya: “Sesiapa yang suka bertemu Allah, maka Allah suka bertemu dengannya”.

2. Antara tandanya juga adalah dia mendahulukan apa yang dikasihi Allah berbanding apa yang dia kasihi secara zahir mahupun batin. Ia beriltizam dengan kesusahan amal, menjauhkan diri dari menuruti kehendak nafsu, meninggalkan sifat malas, terus menerus mentaati Allah dan bertaqarrub kepada Allah dengan amalan-amalan sunat. Sentiasa menuntut kelebihan darjat di sisi Allah sepertimana seseorang menuntut kedekatan hati dengan kekasihnya. Kadangkala Allah menyifatkan mereka yang berkasih sayang ini dengan sifat ithar. Firman Allah, ertinya: “ mereka mengasihi orang yang berhijrah kepada mereka, di dalam dada mereka tidak ada apa-apa keperluan dari apa yang mereka berikan. Mereka mengutama (yang lain) berbanding dirinya sekalipun merekapun mempunyai keperluan tersendiri”.

3. Tenggelam dalam zikirullah. Lidahnya dan hatinya sentiasa mengingati Allah. Orang yang menyukai sesuatu tentu sekali akan banyak mengingatinya. Oleh kerana itu antara tanda-tanda kasihkan Allah, suka mengingatinya (zikir), sukakan al-Quran kalamullah, sukakan Rasulullah s.a.w serta suka apa-apa yang disandarkan kepada Rasulullah.

4. Kegembiraannya dengan berkhalwat dengan Allah, munajatnya kepada Allah, sentiasa mentilawahkan kitab Allah. Dia juga sentiasa melakukan tahajjud, menggunakan ketenangan dan keheningan malam untuk menghapus segala rintangan yang ada. Darjat cinta terendah adalah merasai kenikmatan berada bersama yang dikasihi dan mampu bermunajat kepada-Nya. Maka sesiapa yang tidur dan berbual-bual itu lebih seronok lebin baik kepadanya berbanding munajat kepada Allah, maka bagaimanakah nasib kasih sayangnya ??

5. Tidak bersedih diatas kehilangan apa-apa selain Allah. Lebih sedih dan pedih hatinya apabila berlalu setiap saat tanpa zikrullah dan tanpa mentaatinya. Selalu menghitung diri di atas kealpaan dengan mohon simpati, hisab diri dan juga taubat.

6. Merasa nikmat dengan melakukan ketaatan dan tidak merasa keberatan atau kepenatan. Kata al-Junaid: “Tanda orang yang mengasihi adalah berterusan dalam amal. Dengan syahwat fizikalnya lemah namun dengan hati dia tidak akan lemah”.

7. Merahmati dan mengasihi seluruh hamba Allah. Tegas terhadap seluruh musuh Allah dan sesiapa yang mengundang kebencian Allah. Firman Allah: ertinya: “Orang-orang tegas terhadap kuffar dan saling merahmati di antara mereka”. Tidak menjejaskan mereka sebarang celaan manusia dan tidak ada sesuatu yang boleh mengalih mereka kepada kemurkaan Allah.

8. Kasihnya itu disertai takut dibawah kehebatan dan kebesaran Allah. Ada yang menyangka takut itu betentangan dengan kasih. Sebenarnya itu tidak betul. Malah memahami kebesaran itu akan melahirkan perasaan hebat sebagaimana menyelami keindahan melahirkan rasa cinta. Khusus bagi orang yang bercinta itu ada beberapa ketakutan pada maqam cinta. Pertamanya: Takutkan beralih cinta. Lebih dahsyat dari itu takut terhijab cinta. Lebih dahsyat dari itu lagi adalah takut menjauh diri. Makna-makna ini digambarkan oleh Allah di dalam surah Hud yang telah disifatkan oleh Rasulullah sebagai telah memutihkan kepala baginda s.a.w ertinya: “Hud telah memutihkan kepalaku” . Ungkapan ini disebut oleh Rasulullah s.a.w ketika mendengar potongan ayat . Ertinya: Alangkah jauhnya kaum Thamud” “Alangkah jauhnya ahli Madyan sebagaimana jauhnya kaun thamud”.

Pemerhatian terbesar pada alamat-alamat dan sebab-sebab ini ialah kebanyakannya itu adalah perbuatan-perbuatan dalam komunikasi kemanusiaan, berkait dengan masyarakat, manusia pada kehidupan dan akhlak mereka.

Saudaraku… adakah anda ingin menggapai cinta Allah ? Beriltizamlah dengan amalan-amalan fardhu dan tambahkanlah dengan bekalan-bekalan sunat. Ikutilah jejak langkah Nabi s.a.w. jadilah orang yang bermanafaat untuk orang lain. Sertai mereka di dalam kehidupan mereka. Ziarahi mereka. Belanjakan untuk mereka. Berikan khidmat untuk mereka. Isikanlah hajat dan keperluan mereka. Masukkanlah kegembiraan dalam hati mereka.

Lakukanlah semua ini, nescaya Allah akan memanggil Jibril untuk memberitahu bahawa Dia mengasihi dirimu.

"Kanvas cinta ini terlukis wajah muslimah, yang kiasan rindunya takkan lemah walau dihunus 1000 mehnah.
Pada hijab rindu, terserlah pada Qalam, dialah Muslimah Acuan Quran"

7 LANGKAH MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI

ak dapat dipungkiri kita semua pasti pernah mengalami rasa tak percaya diri sesekali waktu. Adakalanya agak sulit untuk membangkitkan kembali rasa percaya diri itu sewaktu kita sedang membutuhkan. Sebenarnya ada latihan sederhana yang dapat dipraktekkan untuk mendapatkan rasa percaya diri Anda agar kembali ke jalurnya secepat mungkin saat dibutuhkan. Berikut kami sampaikan tujuh langkah membangun rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.

1. Perhatikan Postur Tubuh - Mungkin kedengarannya ini tak memiliki hubungan dengan rasa percaya diri yang kita bicarakan ini, tetapi sebenarnya bagaimana sikap duduk atau berdiri Anda, mengirimkan pesan tertentu pada orang-orang yang ada di sekekliling Anda. Jika pesan tersebut memancarkan rasa percaya diri, Anda akan mendapatkan tanggapan positif dari orang lain dan tentu saja ini akan memperbesar rasa percaya diri Anda sendiri. Jadi mulai perhatikan sikap duduk dan berdiri untuk menunjukan Anda memiliki rasa percaya diri.

2. Bergaulah Dengan Orang-Orang Yang Memiliki Rasa Percaya Diri Dan Berpikiran Positif - Lingkungan membawa pengaruh besar pada seseorang. Jika Anda terus menerus berbaur dengan orang yang memiliki rasa rendah diri, pengeluh dan pesimis, seberapa besarpun percaya diri yang Anda miliki, perlahan tapi pasti akan pudar dan terseret mengikuti lingkungan Anda. Sebaliknya, jika Anda dikelilingi orang-orang yang penuh kebahagiaan dan percaya diri, makan akan tercipta pula atmosfir positif yang membawa keuntungan bagi diri Anda.

3. Ingat Kembali Saat Anda Merasa Percaya Diri - Percaya diri adalah sebuah perasaan, dan jika Anda pernah merasakannya sekali, tak mustahil untuk merasakannya lagi. Mengingat kembali pada saat dimana Anda merasa percaya diri dan terkontrol akan membuat Anda mengalami lagi perasaan itu dan membantu meletakan kerangka rasa percaya diri itu dalam pikiran.

4. Latihan - Kapanpun Anda ingin merasakan rasa percaya diri, kuncinya adalah latihan sesering mungkin. Bahkan Anda dapat membawanya dalam tidur. Dengan kemampuan yang terlatih, Anda tak akan kesulitan menampilkan rasa percaya diri kapanpun itu dibutuhkan.

5. Kenali Diri Sendiri - Pikirkan segala hal tentang apa yang Anda sukai berkenaan dengan diri sendiri dan segala yang Anda tahu dapat Anda lakukan dengan baik. Jika Anda kesulitan melakukan ini, ingat tentang pujian yang Anda peroleh dari orang-orang - Apa yang mereka katakan - Anda melakukannya dengan baik? Sebuah gagasan bagus untuk menuliskan semua ini, hingga Anda bisa melihatnya lagi untuk mengibarkan rasa percaya diri kapanpun Anda membutuhkan inspirasi.

6. Jangan Terlalu Keras Pada Diri Sendiri - Jangan terlalu mengkritik diri sendiri, jadilah sahabat terbaik bagi diri Anda. Namun, saat seorang teman sedang melalui masa sulit, Anda tak akan mau terlibat dalam masalahnya hingga menguras emosi Anda sendiri kan? Tentu saja Anda tak mau. Pebicaraan yang positif dapat berubah jadi senjata terbaik untuk menaikan rasa percaya diri, jadi pastikan Anda menanam kebiasaan ini, jangan biarkan permasalahan orang lain membuat Anda jadi terpuruk.

7. Jangan Takut Mengambil Resiko - Jika Anda seorang pengambil resiko, Anda pasti akan temukan kalau tindakan ini mampu membuahkan rasa percaya diri. Tak ada yang lebih bermanfaat dalam menumbuhkan rasa percaya diri layaknya mendorong diri sendiri keluar dari zona nyaman. Selain itu, tindakan ini juga berfungsi bagus untuk mengurangi rasa takut Anda akan ha-hal yang tak Anda ketahui, plus bisa dari pembangkit rasa percaya diri yang luar biasa.

Lebih dari segalanya, selalu ingatlah bahwa Anda memiliki bakat dan kemampuan. Pastikan Anda selalu melakukan yang terbaik untuk semua itu dan inilah yang akan jadi batu loncatan terbaik untuk membangun rasa percaya diri yang tak tergoyahkan

KEISTIMEWAAN WANITA

Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat
saja peraturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.

2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah, tetapi tidak sebaliknya.

3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.

4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.

5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.

6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.

7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.

8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.
9. Dll.
Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya
berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ".

Tapi...Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ?
Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah perbandingannya dengan seorang wanita.

Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih
utama daripada kepada bapaknya?

Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik
pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, ia perlu / wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak?

Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, dan tahukah jika ia mati karena melahirkan
adalah syahid dan surga menantinya?

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabk an terhadap 4 wanita, yaitu: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya,
bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya
dan saudara lelakinya.


Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu : sembahyang 5 wa ktu, puasa di bulan
Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga
kehormatannya.

Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala
setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya ALLAH !
Demikian sayangnya ALLAH pada wanita .... kan ?


Yakinlah, bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan kita, maka
sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala hukumnya/peraturann ya,
adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan/hukum
buatan manusia....


Dikutip dari:

http://singoedan5.multiply.com/reviews/item/4

Cantik Itu Mudah Dan Murah

Mendengar kata cantik, mungkin benak kita langsung membayangkan sosok

tinggi- langsing, berkulit halus-lembut, dan memiliki wajah seindah
purnama. Persis seperti model iklan kosmetika di televisi. Berjuta-
juta perempuan dengan wajah pas-pasan iri dan tergoda mencoba
kosmetika tersebut. Apalagi narasi iklan sering menggambarkan begitu
banyaknya laki-laki tampan tertarik padanya. Secara tak langsung
iklan tersebut berkampanye; seperti inilah perempuan idaman laki-laki.

Kebanyakan orang menilai cantik tidaknya perempuan hanya dari fisik
semata. Dan beruntunglah mereka yang dianugerahi rupa seindah
mutiara. Tapi, bagaimana dengan mereka yang punya jasmani pas-pasan?
Betapapun mereka sudah menggunakan kosmetik mahal, sulit menandingi
perempuan yang sejak lahir sudah cantik.

Ada
cara yang mudah dan murah untuk membuat perempuan cantik, meskipun
secara fisik mereka kurang menarik. Yang pertama kali harus dilakukan
adalah mendefinisikan kembali makna cantik tersebut. Cantik bukan
masalah fisik semata. Kecantikan sejati juga bisa diraih dengan
memaknakan kecantikan sebagai berikut:

1. Kecantikan perempuan ada dalam iman taqwanya yang menyejukkan
mata kaum laki-laki.

Seorang perempuan yang menghias jasmaninya dengan iman da taqwa akan
memancarkan cahaya surga. Dengan kepatuhannya menjalankan ibadah, ia
akan memesona. Yang kuasa akan memberikannya kecantikan abadi, magnet
alami. Tak perlu kosmetik, parfum atau penampilan berlebih, laki-laki
akan tertarik padanya.

2. Kecantikan perempuan ada pada kehangatan sikapnya yang mampu
menggetarkan sensifitas dan kecintaan pria

Secara umum laki-laki memang responsif terhadap perempuan yang bagus
fisiknya. Tapi ketertarikan itu tak kekal, bisa membuat laki-laki
bosan. Kehangatan kasih sayang dan cinta kasih yang tuluslah yang
akan membuat sang pria nyaman berada di sisinya. Tak bisa
melupakannya.

3. Kecantikan Perempuan ada pada kelembutan sikapnya

Kelembutan bukan berarti lembek dan manja. Kelembutan seperti roti.
Meskipun sedikit, tapi mengenyangkan. Dari toko roti manapun roti
berasal, ia tetap lembut. Jadi perempuan dari suku manapun bisa tetap
lembut, pada pasangannya, pada anak-anaknya. Asalkan ia mau berusaha.

4. Kecantikan perempuan berada dalam pandangannya yang teduh dan
suaranya yang hangat.

Walau mata tak seindah bintang kejora, setiap perempuan bisa memiliki
mata embun. Teduh. Sejuk. Tak gampang emosi. Menyikapi tingkah laku
sekitarnya secara bijak. Ia selau berprasangka baik. Perkatannya
bukan pisau yang menikam. Perkataannya adalah bara yang menyalakan
semangat di dada. Tak ada kata sia-sia yang terucap dari bibirnya.

5. Kecantikan perempuan berada dalam senyumannya yang menambah
kecantikannya dan membuat gembira hati orang yang melihatnya

Senyum adalah sedekah. Murah senyum tanpa bermaksud menggoda apalagi
berlebihan bisa membuat wajah indah. Meskipun berwajah rupawan, tapi
jika malas tersenyum, hanya aura negatif yang akan ditangkap oleh
orang-orang di sekitarnya

6. Kecantikan perempuan berada pada intelektualitasnya

Ukuran intelektual bukan pada gelar sarjananya atau di mana ia pernah
menuntut. Banyak ilmu-ilmu yang bisa dipungut dari sekitar, yang
membuat si perempuan mejadi cerdas. Kehidupan adalah sekolah yang tak
pernah tamat sebelum ajal menjelang. Tak ada sekolah untuk menjadi
istri yang baik. Tak ada universitas yang melahirkan ibu yang baik.
Ruang dan waktulah yang akan menempa perempuan mejadi istri dan ibu
yang baik.

7. Kecantikan perempuan berada pada seberapa jauh pengetahuannya akan
tanggung jawabnya terhadap keluarga, rumah, anak-anak , masyarakat
dan umat manusia

Perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seberapa jauh
pengetahuan seorang perempuan akan terlihat dari tingkah laku
keluarganya. Ia selalu berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi
sekitarnya. Mengambil peran penting dalam rangka memperbaiki
lingkungan. Lihatlah laki-laki sukses di jagat raya. Dibalik
kesuksesannya, pasti ada perempuan tangguh di menemani. Menjadi
pendukung nomor satu, tempat kembali saat sang pahlawan lelah
berjuang.

8. Kecantikan perempuan berada pada kemampuan dan keinginannya untuk
memberi.

Orang bisa miskin harta, tapi ia bisa kaya hati. Selalu memberi,
tanpa mengharap imbalan yang berarti. Ia senang ketika orang lain
senang. Ia sedih ketika orang lain sedih. Kemurahan hatinya membuat
wajahnya bersinar. Membuat ia selalu dirindukan, meskipun sosoknya
biasa-biasa saja.

Mungkin masih banyak kecantikan lain yang tercecer. Tapi dengan
kecantikan-kecantik an ini, perempuan manapun bisa tampil memikat.
Mudah caranya, murah biayanya.

Satu hal yang paling penting, kecantikan-kecantik an ini sifatnya
abadi. Akan dikenang meskipun si perempuan telah tiada. Tidak seperti
kecantikan lahiriah yang sementara. Setelah tua, ketika senja
menyapa, ia tak menarik lagi. Manakah yang akan Anda pilih?
Kecantikan sementara atau kecantikan abadi?

Sumber: "Ya Ma'syaru Ar-Rijaal, Rifqan bin An-nisaa

LANGKAH MENUJU KESEMPURNAAN IMAN

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program; 04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan; 05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan; 06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan; 07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan; 08. Jangan usil dengan kekayaan orang; 09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang; 10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan; 11. Jangan tamak kepada harta; 12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan; 13. Jangan hancur karena kezaliman; 14. Jangan goyah karena fitnah; 15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri. 16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram; 17. Jangan sakiti ayah dan ibu; 18. Jangan usir orang yang meminta-minta; 19. Jangan sakiti anak yatim; 20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar; 21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil; 22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid); 23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu; 24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid; 25. Biasakan shalat malam; 26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah; 27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat; 28. Sayangi dan santuni fakir miskin; 29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah; 30. Jangan marah berlebih-lebihan; 31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan; 32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah; 33. Berlatihlah konsentrasi pikiran; 34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi; 35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan; 36. Jangan percaya ramalan manusia; 37. Jangan terlampau takut miskin; 38. Hormatilah setiap orang; 39. Jangan terlampau takut kepada manusia; 40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala; 41. Berlakulah adil dalam segala urusan; 42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah; 44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran; 45. Perbanyak silaturrahim; 46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam; 47. Bicaralah secukupnya; 48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya; 49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu; 50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur; 51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin; 52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga; 53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan; 54. Hormatilah kepada guru dan ulama; 55. Sering-sering bershalawat kepada nabi; 56. Cintai keluarga Nabi saw; 57. Jangan terlalu banyak hutang; 58. Jangan terlampau mudah berjanji; 59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara; 60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna; 61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh; 62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar; 63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu; 64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita; 65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi; 66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya; 67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita; 68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan 69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan. 70. Jangan melukai hati orang lain; 71. Jangan membiasakan berkata dusta; 72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian; 73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab; 74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan; 75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita 76. Jangan membuka aib orang lain; 77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita; 78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana; 79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan; 80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya; 81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara; 82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain; 83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara; 84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa; 85. Hargai prestasi dan pemberian orang; 86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan; 87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan. 88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita; 89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu; 90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana; 91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita; 92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina; 93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya; 94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban; 95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan; 96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri; 97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan; 98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan; 99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang ===== "Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW) "Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Surah Al-Ahzab:71)

Dikutip dari http://putrolanang.multiply.com/journal/item/1/

10 KARAKTER MUSLIMAH SEJATI

Karakter ini merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat islam maupun tertegaknya sistem islam dimuka bumi serta menjadi tiang penyangga peradaban dunia.
Kesepuluh karakter itu adalah :

Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik.

Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur'an dan Assunnah serta terjauh dari segala Bid'ah yang dapat menyesatkannya.

Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).

Qowiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT.

Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.

Qodirun 'alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain.

Haritsun 'ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.

Munazhom Fii Su'unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.

Naafi'un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.


Mudah-mudahan dengan kesepuluh karakter yang dikemukakan diatas menjadikan kita termotivasi untuk dapat merealisasikannya dalam diri kita.Amin.

Catatan:
* 10 karakter Muslim/Muslimah sejati ini dirumuskan oleh Hasan Al Banna

Diambil dari: http://um412ok.multiply.com/journal/item/25